Beberapa waktu lalu, hati saya terhenyak ketika membaca sebuah postingan di media sosial yang berbunyi sebagai berikut: Indonesia menduduki peringkat ketiga negara fatherless di dunia.
Pernyataan ini dirilis oleh sebuah riset terbaru dari Global Fatherless Children atau Fatherless Country. Apa sebenarnya maksud dari istilah fatherless ini? Fatherless ini kondisi sebagai ketiadaan sosok ayah dalam proses pengasuhan anak. Beberapa literatur menyebut fatherless juga sebagai 'hilangnya sosok ayah' atau juga 'tidak adanya peran ayah di rumah'.
Mengapa ini bisa terjadi? Ada beberapa alasan yang menyebabkan terjadinya fatherless dalam sebuah keluarga:
- Ayah dan Ibu bercerai
- Ayah terlalu sibuk
- Ayah bekerja atau tinggal berjauhan dengan keluarga
Â
Laporan studi berjudul 'Fatherless in Indonesia and its impact on children's psychological development' yang dilakukan Yulinda Ashari menjelaskan juga bahwa fatherless bisa berarti ketiadaan peran dan figur ayah dalam kehidupan seorang anak.
"Anak yang dikatakan mengalami kondisi fatherless itu adalah anak yang memang tidak memiliki ayah atau yatim, atau anak yang tidak memiliki hubungan dekat dengan ayahnya," jelas laporan ilmiah itu, seperti dikutip MNC Portal, Selasa (23/5/2023).
Salah satu penyebab Indonesia menjadi negara tanpa ayah atau fatherless country ini adalah budaya patriarki yang kuat. Menurut penjelasan pakar di akun IG @pandemictalks, budaya patriarki ini menempatkan Ayah sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah utama. Sedangkan ibu cukup menjadi pengurus rumah tangga hingga mengasuh anak-anak. Padahal dalam mengasuh dan membesarkan anak, tidak hanya jadi tanggung jawab ibu, tapi semestinya juga dilakukan bersama dengan sosok ayah.
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) juga mendefinisikan fatherless sebagai ketiadaan peran ayah dalam pengasuhan maupun fase tumbuh kembang anak. Maksudnya, sosok ayah sebetulnya ada atau hadir secara fisik, tetapi tidak terlibat sama sekali dalam perkembangan anak.
Follow Berita Okezone di Google News
Laporan “State of the World’s Fathers” yang dirilis Rutgers Indonesia pada 2015 juga menyebut budaya patriarki sebagai salah satu alasan ketidakhadiran ayah dalam perkembangan anak di Indonesia.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa melihat kebanyakan para ayah di Indonesia ini diharapkan bekerja ke luar rumah untuk mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan rumah tangga. Sementara, para ibu diwajibkan bertugas mengurus pekerjaan rumah tangga, termasuk anak-anak. Namun, jika ibu harus bekerja ke luar rumah –guna menambah pendapatan rumah tangga—ibu diharapkan tetap harus menunaikan tugas utamanya.
Peran-peran tersebut juga tertuang dalam UU Perkawinan. “Tidak mengherankan jika mayoritas ayah Indonesia menginternalisasi norma bahwa peran mereka dalam keluarga terbatas pada penyedia kebutuhan dan keuangan keluarga,” tulis Rutgers Indonesia.
Mengapa kehadiran Ayah menjadi penting dalam pertumbuhan anak? “Para ayah sudah seharusnya ikut terlibat aktif dalam tumbuh kembang anak!,” tegas dr. Gregory Gordon, salah satu pediatricians di Arnold Palmer Hospital for Children, Florida, seperti dilansir dari Healthline. Lebih lanjut, pakar tumbuh kembang anak ini menambahkan, “Jika terjadi ketidakseimbangan pengasuhan anak di rumah oleh orangtuanya, ini bisa menyebabkan masalah pada perkembangan psikologis anak.”
Â
Apa yang terjadi kalau ayah tidak berperan dalam tumbuh kembang anak?
Jika ayah tidak hadir untuk anaknya, itu akan berdampak pada rendahnya harga diri si anak ketika dewasa, mudah marah, merasa malu karena menilai dirinya berbeda dengan anak lain.
Parahnya, anak bisa juga mengalami kondisi sulit menentukan pilihan, sulit mengendalikan risiko yang ada di depannya, pun kesejahteraan mentalnya bisa terganggu.
"Bahkan, pada anak perempuan yang mengalami fatherless, dia berisiko tinggi memiliki neurotik," ungkap laporan laporan Global Fatherless Children atau Fatherless Country. Neurotik adalah kondisi seseorang yang mengalami masalah terkait psikologis.
Satu studi pernah dilakukan dan didapatkan hasil bahwa anak laki-laki yang tidak cukup mendapat peran ayah saat anak-anak cenderung tumbuh menjadi anak yang rentan di-bully, memiliki komitmen yang rendah, dan kontrol emosinya bermasalah. Bahkan agresivitasnya meningkat.
Jadi, begitu penting peran ayah di rumah untuk anaknya. Ayah harus hadir dalam proses pengasuhan dan perkembangan anak guna mengoptimalkan tumbuh kembang si anak, demikian dikutip dari artikel Okezone, 23/5/2023.
Nah, jika saat ini Anda sudah berstatus jadi ayah atau akan menjadi ayah, sebaiknya segera introspeksi diri: Seberapa banyakkah Anda sudah atau akan berperan dalam tumbuh kembang anak Anda? Karena jika melihat dari kondisi saat ini, Indonesia sedang alami krisis peran ayah dalam perkembangan anak, ini saat tepat bagi Anda, seorang ayah untuk terlibat lebih aktif lagi dalam fase tumbuh kembang anak.
Cara mudah yang bisa Anda lakukan adalah luangkan waktu sejenak di pagi hari sebelum berangkat kerja ke kantor atau malam hari usai bekerja untuk berbicara atau ngobrol dengan anak. Bermain atau jalan-jalan bersama anak di akhir minggu, juga bisa membantu Anda menjalin kedekatan dengan anak-anak di rumah. Ingat ya, kini urusan rumah tangga dan juga tumbuh kembang anak bukan lagi kewajiban utama seorang ibu. Justru ketika Anda mau ikut terlibat atau membantu istri dalam mengurus rumah tangga, di situlah Anda bisa menunjukkan kualitas seorang pria sejati yang sebenarnya: pria yang bertanggung jawab, melindungi dan penuh cinta untuk keluarganya. (KEM)
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.