Share

Pasien Anemia Rentan Alami Gagal Ginjal, Apa Terapi yang Tepat?

Tim Okezone, Jurnalis · Selasa 28 Maret 2023 20:54 WIB
$detail['images_title']
Pasien anemia rentan alami gagal ginjal (Foto: Medicaldaily)

ANEMIA rentan dialami pasien gagal ginjal. Penanganannya cukup membuat pasien gagal ginjal bingung pilih transfusi darah atau terapi lain dalam penanganannya.

Ingat ya, anemia bisa membawa dampak buruk bagi pasien gagal ginjal, bahkan bisa mengarah ke kematian dini. Karena itu terapi yang baik sangat dibutuhkan.

Hal yang membuat pasien bingung adalah jenis terapinya. Selama ini mungkin Anda mengenal transfusi darah untuk menambah jumlah sel darah merah.

Anemia

Padahal itu saja tak cukup. Internist Konsutan Ginjal dan Hipertensi Dr. Afiatin dr. SpPD-KGH., FINASIM mengatakan, Pasien Ginjal Kronik (PGK) yang mengalami anemia harus diterapi dengan pemberian Ertythropoiesis Stimulating Agent (ESA). Terapi ESA dapat diberikan kepada pasien dengan HB <10g/dl, penyebab lain anemia sudah disingkirkan, tidak ada anemia defisiensi besi absolut dan tidak ada infeksi berat.

"Sedangkan untuk terapi transfusi darah dapat diberikan pada kondisi tertentu, karena mempunya beberapa risiko diantaranya infeksi, kelebihan kadar besi dan kelebihan cairan, selain itu dapat menimbulkan reaksi transfusi pada beberapa pasien," ujarnya saat webinar Pilih EPO atau Transfusi Darah bersama Etana, baru-baru ini.

Dijelaskannya, pemberian ESA harus rutin dilakukan. Manfaat terapi ESA membuat tubuh dapat meningkatkan Hb yang berkelanjutan, serta menghasilkan sel darah merah yang dapat berfungsi secara normal, juga dapat mempertahankan target Hb yang lebih tinggi.

"Terapi ESA boleh diberikan apabila Hb < 10 g/dl, penyebab lain anemia sudah disingkirkan, tidak ada anemia defisiensi besi absolut, tidak ada infeksi berat."

"Kondisi yang perlu diperhatikan yaitu tekanan darah tinggi dan hiperkoagulasi," tambahnya.

Kalau cuma transfusi darah, ternyata memiliki banyak risiko apabila dilakukan kepada pasien cuci darah. Misalnya kelebihan besi, kelebihan cairan, risiko infeksi hepatitis B, C dan HIV, dan risiko lainnya.

Makanya, disarankan dr Afiatin, pasien disarankan sebisa mungkin hindari transfusi darah untuk mengurangi risiko efek samping tersebut.

Follow Berita Okezone di Google News

(hel)

Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.