Share

6 Hal Penting Seputar Infeksi Jamur Candida Auris yang Merebak di AS

Pradita Ananda, Jurnalis · Senin 27 Maret 2023 08:00 WIB
$detail['images_title']
infeksi jamur Candinda Auris, (Foto: BBC-Yahoo News)

KASUS infeksi jamur Candida Auris tengah merebak di Amerika Serikat beberapa waktu belakangan ini.

Angka kasusnya pun meningkat secara progresif, tak ayal membuat sektor kesehatan masyarakat AS ketar-ketir menghadapi infeksi jamur yang disebut seringnya kebal terhadap pengobatan antibiotik tersebut.

Sampai saat ini, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) melaporkan tercatat sudah lebih dari 2000 kasus infeksi jamur Candida Auris terkonfirmasi. Tak heran, membuat kondisi saat ini sudah darurat. Sebagai antisipasi, ada baiknya mengetahui fakta dan hal penting seputar infeksi jamur Candida Auris. Dihimpun dari Reuters, laman resmi CDC dan Prevention, Senin (27/3/2023) simak paparan enam fakta pentingnya berikut ini.

1. Mendominasi orang dengan kondisi kesehatan tertentu: Diungkap pakar penyakit menular, dr. Amesh A. Adalja, M.D., sebagian besar kasus infeksi jamur jenis ini dialami kalangan orang-orang yang sudah sakit, seperti pasien kanker, pasien di ICU, dan orang lanjut usia di panti jompo.

“Ini bukanlah infeksi yang menyerang orang secara tiba-tiba,” ujar Dr. Amesh yang juga peneliti senior di Johns Hopkins Center for Health Security tersebut.

2. Ribuan kasus: Merujuk pada laman resmi Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), dikutip dari Reuters, pada 24 Maret kasus infeksi jamur yang terkonfirmasi sudah menyentuh angka 2.377.

Dari laporan para peneliti yang melaporkan di Annals of Internal Medicine, seiring berjalannya waktu, kasusnya memang terus meningkat. Tahun 2019 meningkat 44 persen menjadi 476 kasus, kemudian melonjak 59 persen menjadi 756 pada 2020 dan melesat hingga 95 persen menjadi 1.471 kasus di masa pandemi tahun 2021.

3. Efek pandemi: CDC menyebut merebaknya kasus infeksi jamur Candida Auris ini sebagai salah satu negatif dari efek pandemi Covid-19. "CDC mencatat penyebaran infeksi ini tahun 2021, kemungkinan diperparah karena sistem layanan kesehatan yang mengalami kesulitan terkait pandemi, seperti kekurangan staf dan peralatan kesehatan," bunyi keterangan CDC.

Follow Berita Okezone di Google News

4. Resistent antiobiotik : Profesor biologi molekuler di University of Plymouth, Inggris, Dr. Tina Joshi, mengatakan infeksi jamur ini tak boleh dipandang sebelah mata, karena infeksi ini biasanya cukup serius. Sebab, jamur jenis ini seringkali kebal terhadap obat biasa, yang akhrinya membuat infeksi sulit diobati.

"Masalah terbesar dengan jamur ini adalah resistensinya terhadap obat yang kita miliki," ujar Dr. Tina, dikutip dari BBC.

 

(Foto: Reuters) 

5. Sulit dideteksi tes lab : Catatan lebih lanjut dari CDC menyebutkan, sejauh ini masih sulit bagi para dokter untuk menyatakan (terkait kasus kematian) apakah pasien memang meninggal karena infeksi jamur, atau kondisi penyakit yang mendasarinya.

Oleh karenanya, kondisinya jadi agak rumit karena mengingat orang yang terinfeksi biasanya punya penyakit lain yang mendasarinya. Sulit bisa langsung dikenali dari gejala, sejauh ini cara mengetetahuinya hanya dengan tes laboratorium saja bisa mendiagnosis infeksi C. auris tersebut.

6. Sulit diobati: CDC menyebut beberapa infeksi C. auris kebal terhadap ketiga kelas utama obat antijamur yang tersedia di AS, makanya kasus infeksi jamur Candida ini jadi sulit diobati. Meski kini, seperti diungkap Dr. Amesh, ada obat antijamur baru yang sedang dikembangkan untuk bisa bekerja melawan infeksi C.auris, tetapi saat ini obat itu belum siap.

Namun untungnya, menurut Thomas Russo, M.D., profesor dan kepala penyakit menular di University at Buffalo di New York, obat echinocandin masih efektif melawan sebagian besar infeksi dari strain ini.

1
2
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.