Share

DKI Jakarta Masuk KLB Difteri, Ini Penjelasan Dinkes!

Kevi Laras, Jurnalis · Selasa 14 Maret 2023 12:45 WIB
$detail['images_title']
Penyakit difteri disebut sebagai KLB di Indonesia oleh IDAI. (foto: Istimewa)

PENYAKIT difteri tengah menjadi sorotan ikatan dokter anak indonesia (IDAI) di Indonesia. Bagaimana tidak, saat ini sudah ada 5 Provinsi yang berstatus kejadian luar biasa (KLB) termasuk DKI Jakarta.

Namun, Kepala Seksi Surveilans Epidemiolog dan Imunisasi Dinkes Provinsi DKI Jakarta, dr. Ngabila Salama mengungkapkan data yang berbeda. Dari 2019 sampai 2023 total kasus di DKI Jakarta adalah sebagai berikut.

1. Tahun 2019: positif 21 orang (semua bergejala, 1 meninggal)

2. Tahun 2020: positif 6 orang (1 tanpa gejala, 5 bergejala, 0 meninggal)

3. Tahun 2021: positif 4 orang (semua bergejala, 3 meninggal)

difteri

4. Tahun 2022: positif 4 orang (semua bergejala, 1 meninggal)

5. Tahun 2023: positif 2 orang (1 tanpa gejala, 1 bergejala, 0 meninggal)

Dari data tersebut, dr Ngabila menyebutkan status KLB belum tepat digunakan karena jumlah kasus difteri di Jakarta masih sedikit. Status KLB menurut dr Ngabila berlaku jika sudah dua kali lipat, atau jumlah yang banyak.

"Belum KLB kalau dari definisi KLB, Definisi KLB jika jumlah kasus atau kematian naik minimal 2 kali lipat dari periode waktu sebelumnya," jelas," kata dr Ngabila kepada MNC Portal, Selasa (14/3/2023).

Follow Berita Okezone di Google News

Selain itu, seluruh pasien kasus difteri di DKI Jakarta pada 2023, sudah dalam kondisi sembuh dan belum ada penambahan kasus hingga saat ini.

"Masih 2 (kasus) hari ini belum ada penambahan. Kasus bulan januari semua dan sudah sembuh keduanya," kata dr Ngabila lebih lanjut

Sebelumnya, IDAI mengungkap data difteri di DKI pada tahun 2022 ada 34 kasus dan 12 kasus tahun 2023. Menurut Ketua IDAI dr Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A(K) penyakit difteri bisa sebabkan kematian pada anak atau balita, bahkan ia menilai masih ada penolakan dari masyarakat.

"IDAI ini sangat concern dan khawatir dengan kondisi saat ini, bagaimana kita mau menurunkan angka kematian balita dan anak. Padahal sesuatu yang jelas-jelas bisa dicegah dengan vaksinasi gratis itu pun masih ditolak oleh masyarakat kita," jelas dr Piprim dalam Media Briefing, beberapa waktu lalu.

1
2
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.