Share

Pasien Gagal Ginjal Rentan Alami Anemia, Apa Terapi yang Tepat?

Tim Okezone, Jurnalis · Rabu 08 Maret 2023 21:21 WIB
$detail['images_title']
Pasien gagal ginjal rentan alami anemia (Foto Ilustrasi: Medicaldaily)

PASIEN gagal ginjal sering mengalami anemia. Banyak faktor penyebabnya yang sebenarnya dapat diminimalisir, serta dampak buruknya bila mengidap anemia

Spesialis Penyakit Dalam dr. Elizabeth Yasmine Wardoyo, Sp.PD-KGH menjelaskan, anemia pada pasien gagal ginjal dipicu banyak hal. Terutama saat hemodialisis, pengambilan darah berulang, perdarahan, kekurangan zar besi, kehilangan darah kronik dan sebagainya.

dr Elizabeth Yasmine

"Anemia berdampak pada morbiditas dan kualitas hidup pasien," katanya saat Edukasi Kesehatan Daring “Anemia pada Pasien Ginjal Kronik: Bagaimana Dampak dan Pengobatannya” bersama Etana Biotechnologies Indonesia (Etana) bersama Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI).

Dampak anemia pada pasien gagal ginjal sangat mengkhawatirkan. Pada intinya sel darah merah berfungsi membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh, termasuk ke sel jantung. Tapi kalau anemia bisa kekurangan oksigen. Nah kekurangan oksigen pada tubuh bisa memicu jantung bekerja lebih keras.

Dampak lainnya bisa memicu sakit kepala/pusing, mudah lelah, lemas, jantung berdebar, sesak napas saat melakukan aktivitas ringan juga mengalami dizzy saat berubah posisi dari berbaring ke duduk atau duduk ke berdiri.

"Untuk itu, pasien gagal ginjal perlu diterapi anemia dengan pemberian Ertythropoiesis Stimulating Agent (ESA) yang dampat memperlambat progresivitas, menurunkan morbiditas dan mortalitas," ujarnya.

Follow Berita Okezone di Google News

ESA, kata dr Elizabet, dapat diberikan kepada pasien gagal ginjal dengan indikasi Hb < 10 g/dL dengan syarat tertentu. Salah satu yang harus dipenuhi yaitu tidak ada infeksi yang berat.

Penyutikan epo harus dilakukan secara rutin, masalahnya di Indonesia pemberian eritropetin belum tercakup dalam pembiayaan hemodialisa sehingga pemberian transfusi darah masih cukup banyak dilakukan. Padahal dapat dikatakan transfusi darah memiliki banyak risiko apabila dilakukan kepada pasien cuci darah.

Sedangkan terapi epo lebih aman untuk diberikan karena dapat menghasilkan peningkatan Hb yang berkesinambungan, menghasilkan sel darah merah yang berfungsi secara normal dan dapat meningkatkan kualitas hidup dengan memelihara target Hb yang lebih tinggi.

1
2
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.