Menkes Budi Minta Seluruh Daerah Waspada Flu Burung!
![$detail['images_title']](https://img.okezone.com/content/2023/03/06/481/2776258/menkes-budi-minta-seluruh-daerah-waspada-flu-burung-Nyi9rsYAwM.jpg)
MENTERI Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin meminta seluruh daerah di Indonesia mewaspadai penularan penyakit flu burung (H5N1) clade baru 2.3.4.4b.
Menkes Budi mengatakan, meski berstatus rawan penularan virus H5N1 clade baru 2.3.4.4b, namun pihaknya memastikan belum ada kasus yang menyerang manusia seperti di Amerika, Eropa, Asia terutama di Cina dan Jepang.
Â
"Belum ada laporan yang masuk ke saya, tapi kan Indonesia rawan, karena dulu pernah ada H5E1. Kalau flu ini, nama virusnya ada Alva, Beta, Delta, Omicron," ucap Menkes Budi di Kota Bandung, Senin (6/3/2023).
Menkes Budi mengatakan, Indonesia sendiri sudah memiliki pengalaman dalam menangani kasus flu burung. Namun dengan adanya H5N1 clade baru 2.3.4.4b ini, seluruh provinsi tetap harus melakukan antisipasi dan meningkatkan kewaspadaan.
"Kalau flu ini pakai H sama N, ada H1N1, H3N3, nah yang flu burung ini H5N1. Dulu sudah pernah kejadian di Indonesia, outbrake-nya cukup banyak," ungkapnya.
Budi menjelaskan, penanganan kasus flu burung jenis baru ini akan berbeda dengan yang sebelumnya. Pasalnya, H5N1 clade baru 2.3.4.4b sendiri bisa loncat dan menular ke manusia.
"Flu burung ini kita identifikasi loncat dari binatang ke manusia. Jadi surveilansnya jika ada unggas-unggas yang banyak mati, itu cek, kalau itu disebabkan oleh flu burung harus kita musnahkan," jelasnya.
Langkah penanganan dari pemerintah pusat melibatkan beberapa kementerian lain di luar Kemenkes. Sebab, H5N1 clade baru 2.3.4.4b ditemukan pada hewan unggas dan belum ditemukan kasusnya di Indonesia.
"Ini kita bekerja sama dengan kementerian pertanian karena ranahnya ada di hewan. Sampai sekarang belum kita lihat transmisi dari manusia ke manusia," tandasnya.
Sebelumnya, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Jabar, Arifin Soedjayana mengatakan, diperlukan kewaspadaan baik dari jajaran kesehatan hewan, peternak unggas, maupun masyarakat untuk mengantisipasi H5N1 varian terbaru.
Menurut Arifin, kewaspadaan diperlukan agar kerugian ekonomi akibat kematian massal unggas dapat dihindari. Selain itu, memastikan kebutuhan daging unggas masyarakat cukup, serta penularan virus dari unggas ke manusia (zoonosis).
"Kepada seluruh jajaran kesehatan hewan diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap berkembangnya penyakit AI," kata Arifin, Rabu (1/3/2023).
Arifin menjelaskan, pihaknya sudah melakukan beberapa langkah untuk mencegah flu burung varian baru 2.3.4.4b. Pertama, meningkatkan komunikasi, informasi, dan edukasi kepada masyarakat dan peternak unggas agar segera melapor kepada petugas kesehatan hewan terdekat bila menemukan unggas sakit atau mati mendadak.
Kedua, jajaran kesehatan hewan segera merespons laporan masyarakat dengan prinsip '3 Cepat' yaitu Deteksi Cepat, Lapor Cepat, dan Respons Cepat, sesuai SOP pengendalian flu burung.
Ketiga, meningkatkan pembinaan dan pendampingan peternak untuk menerapkan tindakan biosekuriti guna mencegah masuk kuman penyakit ke peternakan unggas.
"Peternakan unggas komersial skala kecil dan menengah agar menerapkan Biosekuriti 3 Zona sebagai model percontohan bisekuriti sederhana, hemat, praktis dan efektif," jelas Arifin.
Keempat, pendampingan peternak untuk melakukan 'Vaksinasi AI 3 Tepat' yaitu Tepat Vaksin, Tepat Program Ulangan, dan Tepat Teknik Vaksinasi.
Arifin menambahkan, vaksinasi AI pada itik dianjurkan menggunakan vaksin AI Subtipe H5N1 clade 2.3.2. Pada ayam petelur vaksin clade 2.1.3, atau clade 2.3.2, atau vaksin kombinasi clade 2.1.3 dan clade 2.3.2 produksi nasional.
Tak kalah penting, meningkatkan pembinaan penerapan sanitasi pada sepanjang rantai pemasaran unggas guna memutus rantai penyebaran virus.
 BACA JUGA: Warning! Kasus Flu Burung di Kalimantan dan Cimahi Jangan Disepelekan
"(Dan) Meminimalkan risiko penularan ke masyarakat umum," ujarnya.
Follow Berita Okezone di Google News