Share

6 Orang yang Lebih Berisiko Alami Pendarahan di Selaput Otak

Pradita Ananda, Jurnalis · Selasa 21 Februari 2023 16:00 WIB
$detail['images_title']
pendarahan di selaput otak, (Foto: Frontiers)

IWET Ramadhan diketahui baru saja mengalami pendarahan di selaput otak. Sakitnya ini, terdeteksi setelah penyiar radio dan presenter senior tersebut kerap mengalami sakit kepala.

Sakit kepala yang ia alami secara terus menerus tersebut, tak kunjung membaik walau sudah diberi obat sakit kepala. Sampai akhirnya, ia memutuskan untuk memeriksakan diri ke rumah sakit. Pasca rawat inap dan menjalani pemeriksaan MRI di rumah sakit, Iwet mengungkap hasil pemeriksaannya menunjukkan dirinya telah mengalami pendarahan di selaput otak.

“Pendarahan di selaput otak dan harus ditindak malam itu juga. Dokter datang, gue dijelasin lalu diminta puasa. Keluarga datang, jam 19:30 tindakan,” kata Iwet, dikutip dari akun Instagram pribadinya, “iwetramadhan”, Selasa (21/2/2023).

Secara medis, pendarahan di selaput otak ini disebut sebagai subdural hematoma (perdarahan subdural). Mengutip laman resmi Rumah Sakit Mitra Keluarga, yakni ketika ada perdarahan terjadi di antara selaput otak lapisan luar dan selaput otak lapisan tengah.

Pada dasarnya, kondisi seperti ini bisa dialami oleh siapa saja karena cedera kepala yang tidak disengaja. Tapi, sebagaimana dilansir dari My Cleveland Clinic, Selasa (21/2/2023) ada beberapa kelompok orang tertentu yang disebut punya risiko yang lebih tinggi untuk mengalami hematoma subdural yakni;

1. Orang paruh baya: Alias orang dewasa yang usianya sudah lebih tua (bukan kelompok dewasa muda). Mengapa? Sebab seiring bertambahnya usia, otak manusia nyatanya menyusut di dalam tengkorak, dan ruang antara tengkorak dan otak melebar.

Inilah yang memicu pembuluh darah kecil di selaput antara tengkorak dan otak meregang. Vena yang menipis dan meregang ini berpeluang unruk robek, bahkan walau hanya mengalami cedera kepala ringan, contohnya jatuh dari kursi.

2. Atlet yang bermain olahraga dengan kontak fisik keras: Contohnya pemain sepak bola, yang bermain olahraga tipe berdampak tinggi dan punya peluang untuk terkena pukulan di kepala.

 

Follow Berita Okezone di Google News

3. Konsumsi pengencer darah: Pengencer darah memperlambat proses pembekuan atau mencegah pembekuan darah sama sekali. Jika darah tak menggumpal, perdarahan bisa parah dan berlangsung lama, bahkan paska cedera yang relatif kecil.

4. Orang dengan Hemofilia: Yaitu orang yang mempunya kelainan perdarahan bawaan yang mencegah pembekuan darah. Orang dengan hemofilia ini punya risiko tingig mengalami pendarahan yang tidak terkontrol usai cedera.

5. Konsumsi banyak minuman alkohol: Seiringnya waktu, minum terlalu banyak alkohol membuat kerusakan pada organ hati. Organ hati yang rusak ini, alhasil tak bisa menghasilkan cukup protein yang membantu darah menggumpal, yang meningkatkan risiko pendarahan yang tidak terkendali.

6. Bayi: Karena bayi tak punya otot leher yang kuat untuk melindungi dirinya sendiri dari trauma di kepala. Ketika seseorang mengguncang bayi contohnya, bayi disebutkan bisa mengalami hematoma subdural.

1
2
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.