SEIRING dengan kemajuan teknologi dan dunai kedokteran, perempuan penyintas kanker payudara yang menjalani operasi pengangkatan payudara sebagai pengobatan dari kanker yang diderita, sejatinya bisa kembali mendapatkan payudaranya dengan rekonstruksi payudara.
Disampaikan dr. Mohamad Rachadian Ramadan, spesialis bedah plastik rekonstruksi dan estetik, pilihan untuk rekonstruksi payudara ini tersedia misalnya mulai dari pemasangan implan payudara atau dengan rekonstruksi menggunakan jaringan dari tubuh mereka sendiri (flap).
Metode implan payudara, diungkap dr. Rachadian memang tak membutuhkan waktu lama. Berbeda dengan flap yang butuh waktu lebih panjang, karena pasien dipantau lebih ketat.
“Kalau implan itu cepat sekali, sehari dua hari bisa pulang. Tapi flap sedikit lebih lama, karena harus dimonitor secara ketat selama 4 bulan pertama,” ujar dr. Rachadian, saat ditemui di Jakarta, Jumat (3/2/2023).
Namun meski durasi yang dibutuhkan memang lebih panjang, rekonstruksi flap seperti dijelaskan dr. Rachadian diketahui punya sederet keunggulan. Flap disebutkan membuat payudara yang cukup lembut dan hangat mirip dengan sebagaimana payudara asli. Selain itu, dibandingkan dengan implan, tingkat sensitivitas flap masih bisa dirasakan.
Follow Berita Okezone di Google News
“Kalau misalnya masih ada kulitnya disisakan itu, biasanya masih ada sensitivitasnya. Tapi kalau maksetomi secara total, diangkat semua, maka sensitivitasnya sudah tidak ada,” imbuhnya.
Terkait sensitivitas, dengan kemajuan teknologi dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, para dokter bedah di beberapa negara bisa menciptakan sensitivitas payudara pada prosedur rekonstruksi flap.
Demi mendapatkan sensitivitas payudara agar payudara kembali ‘hidup’ yang hilang pasca operasi kanker payudara, dokter bedah akan menggunakan kabel saraf dari kaki untuk dipasang di payudara. Sehingga sarafnya menjadi terasa, saraf (payudara) bisa kembali sensitif.
Untuk mendapatkan sensitifitas payudara yang hilang pasca operasi kanker payudara, dokter bedah akan menggunakan “kabel saraf” dari kaki untuk dipasang di payudara.
Meski terdengar ngeri, namun prosedur ini telah dilakukan oleh banyak perempuan penderita kanker payudara di beberapa negara untuk kembali mendapatkan payudara yang “hidup”.
Namun, menurut dr. Mohamad Rachadian, kebanyakan prosedur di beberapa negara tersebut menggunakan kabel saraf dari kaki orang yang sudah meninggal. Sehingga, di Indonesia sendiri prosedur ini belum pernah dilakukan, mengingat penambahan sayatan di bagian kaki untuk mengambil kabel saraf tersebut makin membuat pasien kanker payudara di Indonesia bergidik duluan.
Meski terdengar ngeri, karena harus menyayat kaki tapi menurut dr. Mohamad Rachadian, kebanyakan prosedur ini di beberapa negara sudah bisa dilakukan dengan memakai kabel saraf dari kaki orang yang sudah meninggal.

“Sudah bisa mengambil kabel saraf dari orang-orang yang sudah meninggal. Memang enggak cukup besar (operasinya), cukup menambah sayatan di kaki untuk mengambil saraf di kaki. Kira-kira sayatannya bisa sepanjang 10 sentimeter lalu disatukan ke flap,” terang dr. Rachardian
Tak hanya detail soal sensitivitas, berbeda dengan implan yang masih punya kemungkinan untuk mengalami kebocoran. Metode rekonstruksi dengan flap tidak akan pecah, bocor, atau mengeras dan bersifat permanen.
Jika dikerjakan tenaga medis yang sangat berpengalaman, tingkat keberhasilannya pun sangat tinggi, sekitar 99 persen.
BACA JUGA:12 Faktor Risiko Kanker Payudara, Tak Menikah Salah Satunya
BACA JUGA:Mengenal Beda Speech Delay dan Speech Disorder, Mana yang Lebih Berbahaya
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.