Share

Menkes Ibaratkan Stunting Seperti Kanker Stadium 4? Ini Cara Mencegahnya!

Syifa Fauziah, Jurnalis · Sabtu 28 Januari 2023 06:00 WIB
$detail['images_title']
Menkes membahas masalah stunting di Indonesia. (foto: MPI/Syifa Fauziah)

STUNTING adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar.

Masalah stunting ini masih salah satu yang serius di Indonesia. Berdasarkan data Survei Status Gizi Nasional (SSGI) tahun 2022, prevalensi stunting di Indonesia di angka 21,6 persen. Jumlah ini menurun dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 24,4 persen. Walaupun menurun, angka tersebut masih tinggi, mengingat target prevalensi stunting di tahun 2024 sebesar 14 persen dan standar WHO di bawah 20 persen.

stunting

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menjelaskan stunting terjadi karena berbagai faktor, salah satunya adalah karena kurangnya asupan protein hewani, nabati dan zat besi sejak sebelum sampai setelah kelahiran.

“Stunting bikin anak jadi bodoh karena kekurangan gizi. Orang tua melihat berat badan anaknya kurang malah dikasih biskuit, padahal harus dikasih protein hewani kalau gizinya kurang. Misalnya seperti telur, ikan, daging, dan lain sebagainya,” ujar Menkes Budi Gunadi Sadikin saat ditemui di Jakarta, Jumat (27/1/2023).

Budi pun mengibaratkan stunting itu seperti kanker stadium 4 yang sulit untuk disembuhkan. Untuk itu dia pun mengimbau kepada masyarakat untuk memberikan protein hewani kepada anak utamanya anak usia dibawah 2 tahun.

Follow Berita Okezone di Google News

“Protein hewani ini mengandung zat gizi lengkap seperti asam amino, mineral dan vitamin yang penting untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak,” jelasnya.

Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang menunjukkan adanya bukti kuat hubungan antara stunting dan indikator konsumsi pangan berasal dari hewan, seperti telur, daging, ikan, susu atau produk olahannya seperti keju, yogurt, dan lain sebagainya. Penelitian tersebut juga menunjukan konsumsi pangan berasal dari protein hewani lebih dari satu jenis lebih menguntungkan daripada konsumsi pangan berasal dari hewani tunggal.

“Tidak hanya memberikan protein hewani pada anak, berat dan tinggi badan anak juga harus dipantau secara berkala di Posyandu. Ini penting untuk melihat keberhasilan intervensi sekaligus upaya deteksi dini masalah kesehatan gizi sehingga tidak terlambat ditangani,” terangnya.

“Karenanya kalau kita sayang anak-anak kita, tolong dipastikan kalau ditimbang berat badannya naik, kalau tidak naik segera bawa ke Puskesmas,” pungkasnya.

1
2
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.