MENDENGAR etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG), sebagian masyarakat awam mungkin lebih familiar dengan kasus obat sirop tercemar dan gangguan ginjal akut pada anak yang sempat ramai beberapa waktu lalu.
Ya, EG dan DEG terbukti adalah zat kimia yang berbahaya bagi anak-anak. Tapi tahukah Anda, EG dan DEG tak hanya dipakai sebagai zat pelarut dalam obat sirop, tapi juga ada di dalam kemasan pangan plastik sekali pakai, contohnya air minum dalam kemasan, botol, dan galon sekali pakai.
Artinya, dalam keadaan tidak sakit dan tak mengonsumsi obat-obatan sirop pun, penggunaan EG dan DEG lekat dalam kehidupan kita sehari-hari. Padahal, zat kimia ini seperti diungkap dr. Catherine Tjahjadi, pengurus Perhimpunan Dokter Umum Indonesia (PDUI) tak seharusnya dipakai dalam kemasan pangan plastik loh!
"EG dan DEG semestinya dipakai di industri sebagai antibeku dan lain-lain, tapi beberapa oknum tidak bertanggung jawab menggunakan zat kimia itu pada kemasan segala macam," kata dr. Catherine, dikutip dari keterangan resminya, Minggu (29/1/2023).
Ia meminta masyarakat agar lebih bijak memilih kemasan pangan yang aman.
“Menjadi perhatian kami bahwa zat EG dan DEG itu dipakai di kemasan pangan dan terbukti membahayakan kesehatan masyarakat, khususnya anak-anak Indonesia," sambungnya.
Follow Berita Okezone di Google News
Lantas sebetulnya kenapa sih pemakaian EG dan DEG ini berbahaya? Dijelaskan dr. Catherine, EG dan DEG ini jadi bahaya karena bisa sangat mengganggu keseimbangan asam dan basa di dalam tubuh.
Saat zat EG dan DEG tertelan masuk, maka keduanya akan membentuk senyawa yang disebut glycolic acid atau asam glikolat.
Asam inilah yang diketahui bisa mengganggu keseimbangan asam dan basa dalam tubuh manusia, termasuk tubuh anak. Imbasnya, bisa menyebabkan asidosis metabolic alias tidak seimbangnya asam-basa di dalam tubuh.
"Karena terjadi asidosis metabolik, asam glikolat yang terbentuk saat EG dan DEG tertelan juga diubah menjadi oksalat. Oksalat ini kemudian berikatan dengan kalsium membentuk kalsium oksalat," jelas dr. Catherine.
 BACA JUGA:Kemenkes Sebut Angka Prevalensi Stunting Turun Jadi 21,6 Persen
BACA JUGA:Stunting di Indonesia Masih Tinggi, Dokter Gizi Soroti Anak Berisiko Alami Penyakit Tidak Menular
Jika jumlahnya banyak lalu menumpuk di dalam tubuh, diperingatkan dr. Catherine, kondisi ini bisa bikin gangguan pada banyak organ tubuh. Misalnya di otak, yakni dengan gangguan syaraf, diungkap dr. Catherine, keracunan EG dan DEG sama dengan keracunan etanol. Bisa membuat seseorang mengalami kantuk, linglung, gelisah, bicara melantur, dan disorientasi seperti orang mabuk.
Sementara efek keracunan EG dan DEG ke paru-paru, mengakibatkan seseorang mengalami gejala seperti mudah capek saat berlari, nafas terengah-engah dan pendek, dan sesak nafas. Selain itu juga terjadi perubahan tekanan darah, bisa tinggi atau malah bisa rendah, dan denyut jantungnya menjadi sangat cepat tidak beraturan.
Kalau untuk gangguan ginjal yang selama ini tersorot, gejalanya seperti mual, muntah, kencingnya berkurang dan tidak bisa buang air kecil.
“Kenapa yang lebih disorot itu ke gangguan ginjal? karena gejala di ginjal itu lebih spesifik, jadi mungkin lebih mudah terlihat oleh dokter," tutup dr. Catherine
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.