Share

Kaleidoskop 2022: Kasus Gagal Ginjal Akut hingga Obat Tercemar yang Telan Ratusan Nyawa Anak

Muhammad Sukardi, Jurnalis · Kamis 29 Desember 2022 10:00 WIB
$detail['images_title']
Obat sirop, (Foto: MPR News/Sujata Jana/Eye Em)

KASUS gangguan ginjal akut yang didominasi oleh anak-anak, jadi salah satu perhatian masyarakat terkait masalah kesehatan di  Indonesia di tahun ini.

Sekitar awal Oktober 2022 Indonesia dikejutkan dengan informasi tentang banyak anak di Gambia, Afrika yang meninggal mendadak. Obat sirop produksi India dianggap sebagai dalang kuat kejadian tersebut.

Kejadian darurat ini pun akhirnya turut membuat masyarakat Indonesia cemas, apakah obat sirop yang diduga jadi dalang penyebab kematian banyak anak di Gambia itu juga beredar masuk di Indonesia atau tidak. Terkait dengan hal ini, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI dengan tegas mengatakan bahwa obat-obatan produksi India tersebut, yaitu Promethazine Oral Solution, Kofexmalin Baby Cough Syrup, Makoff Baby Cough Syrup, dan Magrip N Cold Syrup tidak terdaftar di Indonesia.

"Berdasarkan penelusuran BPOM, keempat produk tersebut tidak terdaftar di Indonesia dan hingga saat ini produk dari produsen Maiden Pharmaceutical Ltd, India, tidak ada yang terdaftar di BPOM," ungkap BPOM dalam keterangan resminya, Rabu 12 Oktober 2022.

Meski tak beredar di Indonesia, kasus kematian anak akibat obat sirop tersebut dan terkait penggunaan produk obat sirop untuk anak tersebut tetap dipantau BPOM melalui komunikasi dengan WHO dan Badan Otoritas Obat negara lain.

Pada saat yang bersamaan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) terus mensoalisasikan kasus gangguan ginjal akut sehubungan penggunaan obat sirop. Lewat webinar, Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K), mulai menyebarkan informasi terkait apa saja gejala dari gangguan ginjal akut pada anak yang harus sangat diwaspada oleh para orang tua.

Bergerak dengan IDAI, Kementerian Kesehatan di saat yang sama juga menggaungkan informasi tiga gejala inti dari penyakit gangguan ginjal akut. Mulai dari demam, batuk, hingga pilek, gejala infeksi saluran cerna seperti mual hingga muntah, serta air urin yang anak mengalami perubahan warna yaitu menjadi pekat coklat dan juga mengalami penurunan intensitas urin sampai anak tidak buang air kecil sama sekali.

Follow Berita Okezone di Google News

Hingga edukasi ini berulir di masyarakat, belum dilaporkan kasus gangguan ginjal akut misterius di Indonesia. Sampai pada Sabtu, 15 Oktober, BPOM merilis pernyataan, bahwasanya produsen obat dilarang menggunakan dietilen glikol (DEG) dan etilen glikol( EG) untuk pembuatan obat sirop.

Aturan ini keluar setelah isu kandungan EG dan DEG makin keras terdengar di kasus Gambia. Kasus bergulir terus hingga akhirnya pada Rabu, 19 Oktober, Kemenkes mengeluarkan data bahwa per 18 Oktober sudah ada 189 kasus gangguan ginjal akut di Indonesia.

Pasien didominasi oleh anak-anak berusia 1 sampai 5 tahun. Informasi ini membuat sebagian orangtua khawatir sekaligus bingung dan cemas terkait konsumsi obat sirop yang memang sehari-hari kerap diminum, jadi penanganan cepat di rumah saat anak sedang batuk.

Sampai akhirnya, pada 20 Oktober, Kemenkes mengumumkan bahwa terbukti ada 3 zat kimia berbahaya terdeteksi di tubuh pasien gangguan ginjal akut. Ketiga zat itu adalah ethylene glycol-EG, diethylene glycol-DEG, ethylene glycol butyl ether-EGBE).

Kemenkes dan BPOM langsung mengeluarkan kebijakan, masyarakat dilarang mengonsumsi obat sirop termasuk vitamin sekalipun. Di sisi lain, para dokter masif menyampaikan edukasi soal cara menangani demam pada anak tanpa minum obat, salah satunya adalah kompres air hangat, skin to skin contact dari orang tua ke anak, dan sebagainya.

Di sisi lain, masyarakat terus menanti kepastian Kemenkes soal apa penyebab utama kematian anak akibat gangguan ginjal akut ini, terlebih kasusnya terus bertambah. Status Kejadian Luar Biasa (KLB) pun didesak untuk keluar, namun Kemenkes memilih untuk tidak menetapkan.

Ahli kesehatan sempat mewanti-wanti, ketika KLB tidak ditetapkan pada kasus gangguan ginjal akut, maka kasus akan terus bertambah dan makin banyak anak-anak Indonesia yang meninggal dan apa yang dikhawatirkan terjadi, kasus meningkat dan kematian terus bertambah.

Sampai akhirnya pada Senin, 24 Oktober 2022 Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dan Kepala BPOM Penny K. Lukito diketahui dipanggil oleh Presiden Joko Widodo untuk dimintai keterangan soal kasus gangguan ginjal akut dan langkah apa saja yang sudah dilakukan baik Kemenkes atau pun BPOM sebagai solusi masalah.

Salah satu solusi yang dipaparkan Menkes, Indonesia langsung memesan dan mendatangkan obat penawar racun EG dan DEG yang didatangkan dari beberapa negara tetangga seperti Singapura dan Jepang. Menkes mengklaim obat ini terbukti ampuh untuk mencegah keparahan kondisi pasien.

“Dari 10 pasien yang diberikan obat ini 7 sudah pulih kembali, sehingga kita bisa simpulkan bahwa obat ini memberikan dampak positif dan kita akan percepat kedatangannya di Indonesia sehingga 245 yang masuk dan mungkin akan masih agak bertambah sedikit, itu kita bisa obati dengan baik,” kata Menkes Budi.

Dari aspek peredaran obat di masyarakat, Kepala BPOM menjelaskan pihaknya sudah memastikan peredaran obat di masyarakat. Dari hasil investigasi, diketahui sampai saat ini ada 6 perusahaan farmasi yang bermasalah dan sudah ditarik izin edar obatnya karena terbukti mengandung cemaran EG dan DEG, yakni;

1. PT Yarindo Farmatama

2. PT Universal Pharmaceutical Industries

3. PT Afi Farma

4. PT Samco Farma

5. PT Ciubros Farma

6. PT REMS

Informasi soal kasus ini terus berkembang, BPOM secara rutin mengeluarkan daftar obat-obatan yang aman dan tidak aman untuk dikonsumsi masyarakat.

Menkes juga menyampaikan, setelah diberlakukannya larangan penggunaan obat-obatan sirup, kasus gangguan ginjal akut terus menurun angka kejadiannya. Bahkan, pada 28 November sudah tidak ada lagi laporan terkait penambahan kasus gangguan ginjal akut.

Diketahui lebih lanjut, pada 6 Desember 2022 BPOM menyatakan pihaknya mengawal langsung proses pemusnahan obat Unibebi yang mengandung EG dan DEG.

Merujuk data Kementerian Kesehatan per 16 November 2022, sebanyak 199 anak meninggal dunia, dengan total korban 324 anak dan sejauh ini, kasus gangguan ginjal akut tetap tidak ditetapkan sebagai kejadian luar biasa. Demikian sebagaimana dihimpun dari berbagai sumber, Kamis (29/12/2022). 

1
3
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.