Benarkah Penyakit TBC Lebih Bahaya Daripada Covid-19? Ini Kata Kemenkes!
![$detail['images_title']](https://img.okezone.com/content/2022/11/16/483/2708442/benarkah-penyakit-tbc-lebih-bahaya-daripada-covid-19-ini-kata-kemenkes-y5YdSCsjjs.jpg)
SELAIN Covid-19, Indonesia masih berjuang mengentaskan beberapa penyakit menular yang prevalensinya masih sangat tinggi hingga sekarang. Tuberkulosis (TBC) misalnya, penyakit ini kasusnya bahkan meningkat di 2021.
Dijelaskan Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kementerian Kesehatan Imran Pambudi, TBC jadi penyakit menular yang mendapat perhatian besar pemerintah Indonesia, selain Covid-19.
"TBC itu insidennya meningkat dari 824 ribu kasus di 2020, naik menjadi 969 ribu kasus di 2021. Karena kenaikan kasus tersebut, Indonesia menempati ranking 2 setelah India dalam jumlah kasus TB terbanyak di dunia," papar Imran dalam suatu kesempatan.
Parahnya lagi, di Indonesia terdapat pasien dengan TBC RO atau TBC Resisten Obat. Dalam kasus seperti ini penderita bukan hanya menghadapi masalah kesehatan, tapi beberapa problem lain yang menyertai.
Mulai dari psikis, sosial, hingga finansial. Masalah fisik bukan hanya badan semakin tergerus oleh bakteri penyebab TBC RO, tetapi juga efek samping obat yang dikonsumsi dalam durasi panjang, mulai 9 hingga 24 bulan.
Permasalahan ini yang kemudian membuat banyak orang dengan TBC RO sulit untuk bisa kembali ke lingkungan sosial, berkontribusi pada masyarakat, maupun kembali bekerja mencari nafkah.
"81 persen orang dengan TBC RO mengalami katastropik. Artinya, mereka kehilangan pekerjaan maupun kemampuan produktifnya. Kondisi tersebut membuat 20% dari mereka harus mengeluarkan duit tambahan untuk melanjutkan hidup," terang Koordinator Tim Peneliti STPI Ninik Annisa, dalam konferensi pers virtual, Selasa (18/10/2022).
Follow Berita Okezone di Google News