Gemar Sleepover Date, Kenali Yuk 4 Fase HIV yang Sangat Sulit Dideteksi!
![$detail['images_title']](https://img.okezone.com/content/2022/09/09/483/2664303/gemar-sleepover-date-kenali-yuk-4-fase-hiv-yang-sangat-sulit-dideteksi-bhVVXWCKxA.jpg)
SAAT ini perilaku seks bebas pada usia muda kian marak. Bahkan mereka melabeli dan menormalisasi hubungan seks bebas dengan berbagai nama, dari ONS, FWB, maupun yang lagi viral Sleepover date.
Tujuan berbagai kencan berbau seks itu, tak lain ya menikmati hubungan seksual secara bebas. Namun sejatinya, perilaku semacam itu bisa mengundang penyakit, apalagi jika melakukan hubungan seks tak aman, tanpa kondom!
Â
Salah satu penyakit yang mengintai jika gemar melakukan Sleepover data dengan pasangan berbeda yakni Human Immunodeficiency Virus (HIV). Namun sayangnya penderitanya memang sering tidak menyadari dirinya terinfeksi, karena tidak merasakan gejala selama bertahun-tahun.
Pasalnya, Virus ini menyerang sistem kekebalan tubuh hingga merusak bagian dari sistem di dalamnya, seperti sel darah putih.
Kenyataannya, jika sudah terinfeksi virus itu, penyakit dapat dengan mudah berkembang menjadi AIDS dan mengancam nyawa, terlebih bila sudah memasuki fase akhir.
Nah, berikut empat fase HIV yang perlu Anda pahami.
1. Fase Pertama (Infeksi)
Human Immunodeficiency Virus dapat dengan cepat bereplikasi di dalam tubuh setelah infeksi. Gejala yang dialami apabila seseorang telah masuk fase pertama HIV adalah flu, sakit kepala, demam, sakit tenggorokan, dan ruam dalam beberapa hari hingga minggu setelah infeksi.
Gejala-gejala lain yang akan dirasakan penderita yang mengalami infeksi yaitu nyeri otot dan sendi serta mual dan muntah. Selama waktu tersebut, sistem kekebalan bereaksi terhadap virus dengan mengembangkan antibodi. Hal ini disebut seroconversion. Tahap HIV pertama terjadi 2-6 minggu dan menimbulkan gejala ringan, kemudian menghilang perlahan.
Jika penderita mengenali gejala dalam fase ini dan merasa telah terinfeksi HIV, dapat segera menghubungi dokter dan mendapatkan pengobatan untuk mencegah perkembangan virus lebih jauh.
2. Fase Kedua (Asimptomatik)
Fase HIV ini tidak menimbulkan tanda atau gejala yang jelas terdeteksi. Penderita mungkin terlihat dan merasa sehat, tetapi HIV terus melemahkan sistem kekebalan tubuhnya.
Tahap ini dapat berlangsung hingga beberapa tahun (rata-rata 8-10 tahun). Tanpa tes skrining HIV, banyak orang tidak tahu mereka terinfeksi dan virus HIV perlahan melumpuhkan sistem daya tahan tubuh.
Pada akhir fase kedua, jumlah virus di dalam darah akan meningkat dan jumlah CD 4 T cells akan menurun. Ketika hal ini terjadi, maka tubuh mulai menimbulkan gejala dan akan masuk ke tahap ketiga.
3. Fase Ketiga (Simptomatik)
Seiring berjalannya waktu, sistem kekebalan menjadi rusak dan melemah oleh HIV dan gejala terus berkembang. Awalnya bisa terjadi ringan, tetapi kemudian memburuk.
Gejala yang dialami apabila seseorang telah masuk fase ketiga meliputi kelelahan, penurunan berat badan, sariawan berjumlah banyak dan tak kunjung sembuh, serta diare kronis.
Gejala-gejala tersebut disebabkan oleh munculnya infeksi oportunistik. Infeksi ini disebut oportunistik karena kondisi ini mengambil keuntungan dari melemahnya sistem kekebalan tubuh akibat HIV. Beberapa contoh infeksi oportunistik adalah PCP, toksoplasmosis, TB, dan sarkoma kaposi.
 BACA JUGA:Doyan Sleepover Date, Awas 3 Bakteri Ini Mengintaimu!
4. Fase Keempat (Menuju AIDS)
Pada tahap HIV akhir, kadar CD 4 T cells sudah menurun dan dapat berada di bawah nilai normal yaitu 200. Pada fase ini, penderita dapat didiagnosis penyakit AIDS.
Tidak ada tes khusus untuk AIDS. Namun, dokter akan melihat berbagai gejala termasuk jumlah CD4, viral load, dan adanya infeksi oportunistik untuk membuat diagnosis AIDS.
Follow Berita Okezone di Google News