Apa Benar Ganja Medis Lebih Baik untuk Mengobati Penyakit daripada Obat Lain?
![$detail['images_title']](https://img.okezone.com/content/2022/07/06/481/2624643/apa-benar-ganja-medis-lebih-baik-untuk-mengobati-penyakit-daripada-obat-lain-V9W362FSct.jpg)
AKHIR-AKHIR ini mencuatnya isu ganja medis sebagai pengobatan. Apalagi di sejumlah negara lain sudah melegalkan ganja medis, termasuk negara tetangga Thailand.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) sudah mengizinkan dua obat dengan kandungan ganja untuk diedarkan. FDA telah menyetujui satu obat ganja nabati (Epidiolex) yang mengandung cannabidiol murni (CBD) dari tanaman ganja.
Menurut Ahli Kesehatan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof Zubairi Djoerban, obat tersebut digunakan untuk mengobati kejang serta kelainan genetik langka.
Nah, obat berikutnya yang sudah disetujui FDA juga, yakni dua obat sintetis tetrahydrocannabinol (THC) yang mana obat-obatan ini punya fungsinya tersendiri. Bisa untuk meredakan mual, sampai untuk meningkatkan nafsu makan.
"Kalau untuk pasien kanker yang menjalani kemoterapi, obat THC diberikan untuk mengobati mual (anti-mual). Tapi, kalau untuk pasien HIV/AIDS, obat ini dipakai untuk meningkatkan nafsu makan," papar Prof Beri belum lama ini.
Namun apakah pengobatan dengan ganja medis ini lebih baik daripada pengobatan dengan obat lainnya?
Prof Beri menjelaskan, hingga saat ini belum ada bukti bahwa obat ganja lebih baik, termasuk untuk nyeri kanker dan epilepsi.
"Namun, ganja medis bisa menjadi pilihan atau alternatif obat. Tapi ingat, bukan menjadi yang terbaik. Sebab, belum ada juga penyakit yang obat primernya adalah ganja," tegasnya.