Dokter Ungkap Perburukan Gejala Hepatitis Akut Berat Bisa Terjadi Lebih Cepat, Ini Penyebabnya
![$detail['images_title']](https://img.okezone.com/content/2022/06/18/481/2613744/dokter-ungkap-perburukan-gejala-hepatitis-akut-berat-bisa-terjadi-lebih-cepat-ini-penyebabnya-fHiAuKK4VV.jpg)
TERUNGKAP bahwa perburukan gejala hepatitis akut berat bisa terjadi lebih cepat. Diketahui penyakit ini belakangan menyerang anak-anak di bawah usia 16 tahun. Demikian diungkapkan dokter spesialis anak dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dr Meida Tanukusumah Sp.A.
Ia menerangkan, perjalanan penyakit hepatitis akut biasanya ada empat fase. Dimulai fase replikasi virus yaitu masuknya virus ke tubuh tapi belum menimbulkan gejala. Lalu fase gejala awal (prodromal), fase gejala lanjutan atau fase ikterik, dan fase penyembuhan. Namun pada hepatitis akut berat, perjalanannya menjadi lebih cepat.
Baca juga: Kabar Baik! FDA Izinkan Penggunaan Vaksin Moderna dan Pfizer untuk Bayi 6 BulanÂ
"Pada hepatitis akut berat misterius, begitu virus masuk langsung menunjukkan gejala awal, kemudian lanjut lagi ke gejala lanjutan menjadi hepatitis fulminan. Kita harus waspada karena perburukannya cepat," kata dr Meida Tanukusumah Sp.A dalam sebuah webinar, seperti dikutip dari Antara, Sabtu (18/6/2022).
Adapun gejala awal hepatitis akut berat, kata dr Meida, di antaranya mual, muntah, diare, dan demam. Sedangkan gejala lanjutan berupa warna mata dan kulit menguning, urine berwarna pekat seperti teh, tinja berwarna putih pucat, gangguan pembekuan darah, kejang, bahkan penurunan kesadaran.
Hepatitis sendiri diketahui sebagai peradangan pada hati. Penyebab penyakit tersebut antara lain karena infeksi virus hepatitis A,B,C,D,E, infeksi non virus seperti bakteri, atau kondisi lain seperti racun, gangguan aliran darah ke hati, hingga trauma abdomen.
Baca juga: Hepatitis Misterius Masih Ada, Ini Tips Dokter agar Anak Terhindar dari Infeksi VirusÂ
Akan tetapi, imbuh dr Meida, penyebab hepatitis akut berat masih belum diketahui secara pasti dan masih dilakukan penelitian. Namun, ada hipotesis bahwa penyakit tersebut disebabkan oleh adenovirus-41.
"Tapi ini baru hipotesis. Jadi masih diperlukan serangkaian proses ilmiah, perlu waktu penelitian yang banyak dan tentu biaya. Jadi belum diketahui penyebabnya," jelasnya.