Mengenal Bahaya Sleep Apnea, ketika Orang Tak Bernapas 10 Detik saat Tidur
![$detail['images_title']](https://img.okezone.com/content/2021/10/28/481/2493201/mengenal-bahaya-sleep-apnea-ketika-orang-tak-bernapas-10-detik-saat-tidur-7rwz6LXP8d.jpg)
SLEEP apnea adalah salah satu gangguan tidur ketika pernapasan kita terhambat. Penderita sleep apnea dapat berhenti bernapas sekira 10 detik tanpa mereka sadari.
Jika tidak ditangani dengan baik gangguan obstructive sleep apnea (OSA) akan meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular yang dapat berujung pada serangan jantung dan stroke. Oleh karena itu, jika memang pasangan atau keluarga Anda mengalami sleep apnea yang ditandai dengan ngorok terus-menerus, maka secepatnya harus diperiksakan.
Konsultan Laring Faring Departemen THT-KL FKUI RSCM, Dr. dr. Fauziah Fardizza, Sp.THT-KL (K), FICS, mengatakan lewat Penelitian Yale School of Medicine pada 2007 memperingatkan bahwa OSA dapat meningkatkan risiko serangan jantung atau kematian sebesar 30 persen dalam periode waktu 4 hingga 5 tahun.
Tidak hanya itu, gangguan OSA juga meningkatkan risiko stroke sebanyak 2 hingga 3 kali menurut penelitian American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine pada 2010. “OSA sendiri tidak menyebabkan henti napas permanen, tapi serangan jantungnya yang akan mengakibatkan kematian pada penderita OSA,” kata Fauziah seperti dilansir dari Antara.
OSA merupakan gangguan pernapasan yang terjadi saat tidur akibat sumbatan jalan napas di bagian belakang tenggorokan. Pada kondisi OSA, jalan napas tertutup selama 10 detik atau henti napas sejenak, diikuti dengan penurunan kadar oksigen di dalam tubuh.
Pada saat henti napas dan oksigen menurun, badan menjadi stres serta jantung berdebar lebih cepat dan pembuluh darah menyempit. Akibatnya tekanan darah menjadi tinggi, nadi semakin cepat, volume darah menjadi tinggi, inflamasi, dan stres.
Fauziah menyebutkan kondisi obesitas atau kegemukan dapat meningkatkan faktor risiko OSA. Obesitas juga dapat memicu penumpukan lemak di daerah belakang faring sehingga dapat menghambat aliran napas saat tidur.
“Ketika penderita sleep apnea mendengkur semakin keras dan henti napas yang diikuti dengan tersedak, biasanya asam lambung juga akan tersedot ke atas dan itu akan mengakibatkan daerah atas menjadi bengkak. Semakin bengkak, semakin jalan napas tertutup,” terangnya.
Pada penderita OSA yang obesitas, kadar hormon leptin cukup rendah sementara grelin cukup tinggi atau terjadi ketidakseimbangan antara kedua hormon tersebut. Leptin merupakan hormon yang mengirim sinyal kenyang sementara grelin mengirim sinyal lapar. “Jadi karena dominasinya di grelin, akibatnya pada orang OSA itu sering merasa lapar dan susah sekali untuk menurunkan berat badan,” tutur Fauziah.
Follow Berita Okezone di Google News