Share

Cara Hidup Berdampingan dengan Penyakit Gagal Jantung

Dyah Ratna Meta Novia, Jurnalis · Minggu 09 Mei 2021 00:09 WIB
$detail['images_title']
Gagal jantung (Foto: Insider)

Penyakit gagal jantung merupakan salah satu penyakit mematikan yang harus ditangani dengan baik agar tak terus bertambah korbannya.

Gagal jantung merupakan gangguan pada otot jantung yang menyebabkan ketidakmampuan jantung untuk memompa darah secara optimal ke seluruh tubuh. Kondisi ini mengakibatkan tidak tercukupinya kebutuhan berbagai organ tubuh akan suplai darah.

Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Siloam Hospitals Kebon Jeruk Dokter Leonardo Paskah Suciadi, Sp.JP, FIHA mengatakan, sejatinya gagal jantung merupakan komplikasi akhir dari berbagai jenis penyakit jantung yang dapat menurunkan kualitas hidup serta usia harapan hidup pasien.

 gagal jantung

“Berdasarkan data penelitian kami dalam kurun waktu 2019-2020, sekitar 3% pasien gagal jantung meninggal selama perawatan di rumah sakit dan sekitar 22,5% pasien lainnya meninggal dalam waktu 6 bulan setelah pulang rawat," ujarnya, Minggu, (9/5/2021).

Usia harapan hidup pasien gagal jantung lanjut, ujar Dokter Paskah, sangat rendah. Bahkan lebih buruk dari usia harapan hidup sebagian besar pasien kanker pada umumnya.

Bahkan angka kematian penderita kanker lebih rendah dari penderita gagal jantung. Sebab di Indonesia belum memiliki terapi utama untuk pasien gagal jantung, yakni transplantasi jantung atau mesin pompa di jantung.

"Negara tetangga kita, Singapura sudah selangkah lebih maju. Mereka sudah bisa transplantasi jantung," ujar Dokter Paskah.

Ciri penderita gagal jantung, terang Dokter Paskah, antara lain mengeluhkan sesak napas, napas tersengal-sengal, mudah lelah

saat beraktivitas. Bengkak di kedua tungkai, dada berdebar, serta perut begah dan membesar yang disertai mual. Selain itu juga menurunnya nafsu makan dan berat badan.

Menurutnya, terdapat berbagai faktor risiko gagal jantung yang harus diwaspadai antara lain riwayat penyakit jantung koroner atau serangan

jantung sebelumnya, hipertensi, penyakit kencing manis atau diabetes, obesitas, kelainan katup jantung, penyakit paru kronik, pecandu alkohol, riwayat keluarga dengan bengkak jantung, serta usia lanjut.

Semakin banyak faktor risiko di atas yang dimiliki seseorang, semakin besar risiko untuk menderita gagal jantung. Karena sifatnya yang menahun dan progresif seiring waktu, penyakit gagal jantung membutuhkan identifikasi segera dan penanganan tepat sejak awal untuk mencapai hasil optimal.

Pengobatan gagal jantung, ujar Dokter Paskah, sangatlah kompleks dan membutuhkan waktu yang cukup panjang. Oleh karena itu, komunikasi yang baik antara pihak medis dengan pasien dan keluarga pasien sangat penting untuk dibangun sejak awal.

“Pasien dan keluarga pasien harus mendapatkan edukasi dan informasi yang cukup terkait penyakit serius ini, serta memahami rencana terapi jangka panjang. Selain itu, pelayanan multidisiplin subspesialisasi diperlukan pada kasus gagal jantung lanjut karena kompleksitas kasus menuntut pelayanan terapi secara komprehensif, intensif, agresif, dan inovatif,” ujar Dokter Paskah.

Perawat Klinik Gagal Jantung Noel menambahkan, saat pasien dinyatakan gagal jantung maka semua harus berubah. Pasien harus bisa hidup berdampingan dengan penyakitnya gagal jantung tanpa kambuh dan tidak bolak-balik ke rumah sakit.

"Ini harus dilakukan dengan mematuhi dan tertib dalam mengonsumsi obat-obatan, melakukan perubahan gaya hidup sehat, dan melakukan berbagai terapi-terapi lainnya," terang Noel.

Pasien yang punya perilaku patuh dan tertib maka punya kualitas hidup yang baik. Mereka harus melakukan self care dengan mematuhi pembatasan minum, pembatasan garam, pembatasan alkohol dan terus melakukan monitoring di rumah.

"Jika dia sesak napas dan ada gejala lain harus segera menghubungi klinik dan dokter. Ini pola yang harus diikuti pasien dengan baik," ujarnya.

Follow Berita Okezone di Google News

(DRM)

Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.