Share

Vaksin Covid-19 Sudah Ada tapi Belum Digunakan, Ini Penjelasannya

Leonardus Selwyn Kangsaputra, Jurnalis · Rabu 23 Desember 2020 15:12 WIB
$detail['images_title']
Ilustrasi vaksin covid-19. (Foto: Kjpargeter/Freepik)

PEMERINTAH baru saja mendatangkan 1,2 juta dosis vaksin covid-19 produksi perusahaan China Sinovac Biotech Ltd. Langkah ini untuk menyukseskan program vaksinasi massal mencegah persebaran virus corona.

Sebelumnya Kementerian Kesehatan menyebutkan enam produsen vaksin yang akan digunakan di Indonesia di antaranya dari PT Bio Farma (Persero), AstraZeneca, China National Pharmaceutical Group Corporation (Sinopharm), Moderna, Pfizer Inc and BioNTech, serta Sinovac Biotech Ltd.

Baca juga: Perlukah Rapid Test Antigen Diberlakukan bagi Penumpang KRL? 

Pernyataan tersebut tertuang dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/Menkes/ 9860/ 2020 yang ditandatangani Terawan pada 3 Desember 2020. Surat tersebut berisi tentang Penetapan Jenis Vaksin untuk Pelaksanaan Vaksinasi Corona Virus Disesase 2019 (Covid-19).

Meski demikian, vaksin covid-19 baru bisa digunakan apabila sudah mendapat izin edar atau persetujuan penggunaan pada masa darurat atau emergency use authorization (EUA) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Lantas, kapan vaksin ini diizinkan dan siap digunakan?

Info grafis vaksin covid-19. (Foto: Okezone)

Menjawab hal tersebut, Dokter Relawan Covid-19 Muhammad Fajri Adda'i mengungkapkan bahwa masyarakat harus menunggu data yang dilaporkan. Sebab kalau belum lengkap datanya, maka kredibilitas dari vaksin tersebut akan hancur.

"Susah kalau kredibilitasnya sudah turun, pandemi tidak akan selesai. Contohnya polio saja sudah establish karena vaksinnya sudah ditemukan puluhan tahun. Tapi waktu itu ada penolakan di Banten, Jawa Barat. Itu beberapa warga yang mau divaksin tapi menolak, padahal polio sudah hampir hilang, angkanya sudah turun," ungkap dr Fajri saat dihubungi Okezone, Rabu (23/12/2020).

Baca juga: Vaksin Sinovac Terbukti Efektif dalam Uji Coba Tahap Akhir di Brasil 

Ia melanjutkan, akibat adanya penolakan untuk vaksinasi maka muncul lagi outbreak penyakit polio di daerah tersebut. Akibatnya, masyarakat rugi karena diteror penyakit yang seharusnya sudah lenyap.

"Sekarang kan pandemi seperti ini kalau ada elemen masyarakat yang kredibilitas vaksinnya turun, terus mereka enggak mau disuntik kan jadi bahaya juga. Nah, ini harus menjadi perhatian publik. Jadi kembali lagi harus menunggu data. Kan key point-nya sekarang ada di BPOM. Di mana mereka bisa mengedukasi dan memberikan keamanan kepada masyarakat secara clear. Itu tantangannya sekarang," lanjutnya.

Follow Berita Okezone di Google News

Dokter Fajri melanjutkan, jika BPOM sudah memiliki data yang lengkap tentang efektivitas Vaksin Sinovac maka mereka juga akan cepat memberikan izin penggunaannya kepada masyarakat. Intinya keputusan yang dibuat harus adil dan sesuai sains, salah satunya adalah menunggu data.

"Kenapa vaksin yang lain sudah selesai penelitiannya? Karena mereka memulai duluan. Moderna itu sejak awal Desember 2019 sudah mulai pembuatan vaksin. Di Indonesia belom ada apa-apa. Di Amerika mereka sudah bikin vaksin, makanya selesai duluan," tuntasnya.

Baca juga: Sebelum Jadi Menkes, Budi Gunadi Sadikin Serius Pantau Produksi Vaksin Covid-19 

Info grafis vaksin covid-19. (Foto: Okezone)

1
2
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.