Salah Tiru Gaya Hidup Orang Luar Negeri, Prevalensi Penyakit Kritis di Masyarakat Bertambah
![$detail['images_title']](https://img.okezone.com/content/2019/12/11/481/2140813/salah-tiru-gaya-hidup-orang-luar-negeri-prevalensi-penyakit-kritis-di-masyarakat-bertambah-fhiS94116E.jpg)
Prevalensi penyakit kritis di Indonesia terus mengalami pertumbuhan. Penyakit kritis yang paling banyak dialami oleh masyarakat antara lain penyakit sindrom metabolik seperti jantung, stroke, dan diabetes, serta kanker. Penyakit-penyakit ini bisa dipicu oleh gaya hidup yang tidak sehat.
"Gaya hidup itu sebenarnya salah satu faktor risiko, bukan berarti penyebab. Tapi semakin banyak faktor risikonya, risiko terkena penyakit kritis semakin besar. Ya memang gaya hidup turut memengaruhi," ujar praktisi kesehatan, dr Rizal Alaydrus saat ditemui Okezone dalam acara konferensi media Peluncuran AXA Critical Elite Solution & AXA Health Day, Rabu (11/12/2019) di Jakarta.
Menurut dr Rizal, sekarang ini banyak masyarakat Tanah Air yang gaya hidupnya terpengaruh dengan budaya masyarakat luar. Sayangnya yang kebanyakan ditiru adalah gaya hidup yang tidak sehat. Akibatnya dapat memicu terjadinya penyakit kritis.
Â
"Maaf saja, pengaruh gaya hidup dari luar itu cukup banyak tapi proses skrining atau pencegahan penyakit kritis belum sebaik mereka," kata dr Rizal.
Dirinya menjelaskan, masyarakat di luar negeri sudah menyadari cara mencegah penyakit kritis harus dengan menerapkan gaya hidup sehat. Mereka biasanya akan bangun di pagi hari, lalu pukul 5 atau 6 pagi sudah berada di pusat kebugaran dan berolahraga. Selain itu, mereka lebih mementingkan jalan kaki, naik sepeda, atau naik kendaraan umum.
"Di masyarakat kita malah yang diikuti lifestyle (gaya hidup) yang buruk seperti makan junk food, minum alkohol, merokok, hingga maaf hubungan seksual bebas. Padahal yang harusnya dicontoh adalah good lifestyle habbit-nya," ucap dr Rizal.
Follow Berita Okezone di Google News