Share

Berhenti Minum Sebelum Sembuh Total, Pasien TBC Bisa Resistensi Obat

Agregasi Koran Sindo, Jurnalis · Kamis 28 Maret 2019 18:45 WIB
$detail['images_title']
Pengobatan berhenti sebelum sembuh total bisa sebabkan pasien TBC resistensi obat (Foto:Ist)

ASAL badan sudah enakan, pasien kerap tidak melanjutkan minum obat, padahal sakit belum sembuh total. Pada penderita TBC ini sangat berbahaya, karena bisa menyebabkan resistensi obat.

Seperti diketahui di Indonesia, tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular yang paling banyak menyebabkan kematian dan menjadi ancaman berbahaya bagi kesehatan masyarakat. Pada tahun 2016 terdapat 274 kasus kematian per hari yang disebabkan TB.

Harus ada upaya serius untuk menekan tingginya kasus TB baru yang mencapai 1.020.000 penderita pada tahun 2016 dan menjadikan Indonesia sebagai negara dengan kasus TB terbesar kedua di dunia. Lima provinsi dengan TBC tertinggi adalah Jawa Barat, Papua, DKI Jakarta, Gorontalo, Banten, dan Papua Barat. Penduduk yang didiagnosis TBC oleh tenaga kesehatan, 44,4% di antaranya diobati dengan obat program. Global Report TBC 2018 menunjuk kan insiden penyakit ini mencapai 321 kasus per 100.000 penduduk. Kemen te rian Kese hatan menargetkan prevalensi TBC paru pada 2019 menjadi 245 pada 100.000 penduduk.

Baca Juga:

Bayi Kembar Bongkar Perselingkuhan Istri, Kok Bisa?

Kisah Andhika, Pedagang Tuna Rungu Berparas Tampan yang Bikin Netizen Gagal Fokus

‘’Fokus pencegahan dan pengendalian TBC adalah penemuan kasus dan pengobatan. Tolong temukan penderita TBC, diobati sebaik-baiknya. Sampai sembuh, betul-betul harus sampai sembuh agar terhindar dari resistensi,” kata Menteri Kesehatan.

Hal ini diamini Dr dr Erlina Burhan MSc SpP (K), dokter ahli paru dari RSUP Persahabatan. Ia menyatakan umumnya pasien menganggap dua bulan pertama merasa sudah sembuh sehingga ber henti me mi num obat. “Ini yang berbahaya. Ini akan menimbulkan TBC resistan obat (TBRO). Untuk itu, yang perlu kita per hatikan adalah pen cegahan bagaimana TBC tidak tertular ke kita,” ujarnya.

Untuk mencapai Indonesia bebas TB pada 2050 diperlukan usaha luar biasa. Kementerian Kesehatan tentu tidak boleh hanya bekerja apa adanya atau business as usual . Semua yang memiliki kontak langsung dengan pasien TBC, menurut dr Erlina, harus diperiksa dan dievaluasi. Ia juga mengharapkan ada usaha mencari pasien TBC dengan melaku kan penapisan (screening ) di tempattempat umum, seperti di transportasi publik.

“Salah satu upaya dan wujud kepedulian pemberantasan TBC adalah membiasakan diri menggunakan masker. Terutama yang menderita batuk-batuk, di mana pun, terutama di ruangan berpenyejuk udara (AC) wajib mengenakan masker,” ujarnya.

Follow Berita Okezone di Google News

(ndr)

Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.