Share

Mengenal Bacillus Cereus, Bakteri Makanan yang Mampu Membunuh Kurang dari 24 Jam

Dewi Kania, Jurnalis · Rabu 13 Maret 2019 17:43 WIB
$detail['images_title']
Ilustrasi. (Foto: Shutterstock)

KONTAMINASI bakteri di makanan memang tidak bisa dianggap remeh. Jika dibiarkan, maka bakteri tersebut bisa membunuh kita. Oleh karena itu, mengonsumsi makanan sisa memang tidak dianjurkan.

Nah, salah satu bakteri yang mampu membunuh kita lewat makanan adalah Bacillus cereus. Bacillus cereus adalah sumber keracunan makanan yang umum ditemukan, dengan sebagian besar kasus berasal dari makanan sisa seperti beras.

Para peneliti di Australian National University (ANU) pun menemukan cara kerja Bacillus cereus dan cara memeranginya. Bakteri ini biasanya berinteraksi dengan sistem kekebalan tubuh, dan mampu mempertahankan dirinya sendiri.

Baca Juga: Intip 5 Gaya Seksi Pinit Ngarmpring, Transgender Pertama yang Dicalonkan Jadi Perdana Menteri

Melansir foodsafetynews, peneliti utama dari John Curtin School of Medical Research (JCMSR) di ANU, Anukriti Mathur, mengatakan penemuan ini memiliki potensi untuk menyelamatkan hidup seseorang, karena dapat mengobati infeksi bakteri seperti keracunan makanan serius.

Bakteri Bacillus cereus menghasilkan racun yang menyebabkan muntah dan diare. Gejala umumnya ringan dan terjadi sangat cepat kurang dari 24 jam. Ini menyebabkan dua jenis penyakit bawaan makanan, muntah dan sindrom diare.

Bakteri ini, akrab dengan daging, susu, sayuran, dan ikan. Bacillus cereus akan tumbuh dalam makanan jika disimpan pada suhu yang salah. Mathur menemukan bakteri memiliki kemampuan untuk mengeluarkan racun dalam makanan yang terkontaminasi.

Ketika racun dikonsumsi, mereka menyerang sel-sel dalam tubuh yang menyebabkan muntah dan diare. "Kami tahu racun itu menyerang sel, memicu reaksi kekebalan, tetapi kami sekarang tahu bagaimana cara mengatasinya," katanya.

Baca Juga: 5 Potret Kemesraan Aura Kasih dengan Suami, Bikin Keki Para Jomblo Nih


"Kami menemukan bahwa racun langsung mengikat ke sel dan membuat lubang untuk membunuh sel, sistem kekebalan tubuh akan merespon infeksi dan memiliki reaksi. Karena kita sekarang tahu bagaimana bakteri dan racun bekerja, kita dapat melawannya dan menemukan cara untuk menggunakan sistem kekebalan terhadapnya," jelas dia.

Menurutnya, penelitian ini dapat membantu pasien dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Menurutnya, banyak orang dapat diselamatkan dengan melemahkan toksin atau dalam kasus sepsis, meredam respon inflamasi. "Itu juga berarti kita memiliki pilihan obat terapeutik untuk lebih mendukung terapi antibiotik, terutama dalam menghadapi peningkatan resistensi antibiotik, "kata Mathur.

Follow Berita Okezone di Google News

Tim mengidentifikasi enterotoksin multikomponen, hemolisin BL (HBL), yang melibatkan aktivasi inflamasi. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa penginderaan sitosol terhadap racun merupakan pusat dari pengenalan kekebalan bawaan terhadap infeksi.

Si Ming Man, ketua kelompok riset ANU, mengatakan pencegahan lebih baik daripada mengobati. Karena itu, sagat penting bagi kita untuk mencuci tangan dengan benar dan menyiapkan makanan sesuai suhu.

"Masak selalu atau panaskan kembali makanan dengan benar. Bakteri mungkin sudah ada di atasnya dan mulai mengeluarkan racun dalam makanan Anda. Pemanasan sisa makanan Anda dengan benar akan menghancurkan sebagian besar bakteri dan racunnya," tukas dia.

1
2
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.